Viral Grup “Inses Fantasi Sedarah” di Facebook: Kenapa Inses Dilarang?

Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan kemunculan grup “Inses Fantasi Sedarah” di Facebook, yang secara terang-terangan membicarakan hubungan seksual antar anggota keluarga. Fenomena ini mengundang kekhawatiran publik dan menimbulkan pertanyaan mendasar: kenapa hubungan inses atau hubungan sedarah dilarang, bahkan dianggap tabu di hampir semua budaya?

Secara umum, inses dilarang karena menyangkut persoalan kesehatan, stabilitas sosial, dan nilai moral yang dijunjung oleh masyarakat. Dalam berbagai disiplin ilmu, larangan ini tidak hanya dianggap sebagai norma sosial, tetapi juga memiliki dasar biologis, psikologis, dan antropologis yang kuat.

Dari sudut pandang biologis, hubungan sedarah memiliki risiko tinggi terhadap kelainan genetik dan cacat bawaan. Ketika dua individu yang memiliki kedekatan genetik tinggi (seperti saudara kandung atau orang tua dan anak) memiliki keturunan, peluang munculnya penyakit resesif dan gangguan genetik meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, larangan inses juga dapat dilihat sebagai mekanisme proteksi biologis bagi kesehatan generasi selanjutnya.

Selain alasan biologis, larangan inses juga bertujuan untuk menjaga stabilitas keluarga. Teori family disruption menjelaskan bahwa hubungan seksual dalam lingkungan keluarga inti dapat memicu konflik serius, merusak peran-peran sosial antar anggota keluarga, dan pada akhirnya mengganggu keharmonisan keluarga. Dengan demikian, tabu terhadap inses menjadi semacam “pengaman sosial” untuk menjaga keutuhan dan fungsi keluarga.

Dari perspektif antropologi, Claude Lévi-Strauss mengajukan teori aliansi yang menyatakan bahwa larangan inses memaksa individu untuk mencari pasangan dari luar lingkup keluarga. Praktik ini berfungsi membentuk jaringan kekerabatan dan aliansi sosial yang lebih luas, memperkuat struktur sosial masyarakat. Jadi, larangan ini tidak hanya mencegah dampak buruk internal, tapi juga mendorong perluasan hubungan eksternal.

Efek lain yang mendukung larangan inses datang dari teori Westermarck effect, yang dikemukakan oleh sosiolog Finlandia Edvard Westermarck. Ia berpendapat bahwa orang-orang yang tumbuh bersama dalam tahun-tahun awal kehidupan cenderung tidak mengembangkan ketertarikan seksual satu sama lain. Mekanisme psikologis ini berperan penting dalam mencegah hubungan seksual antar saudara atau teman masa kecil, yang jika terjadi, berisiko meningkatkan cacat genetik dan menurunkan kebugaran keturunan.

Meskipun teknologi dan media sosial memberi ruang baru bagi ekspresi dan perilaku menyimpang seperti inses fantasi, norma sosial tentang tabu inses masih memiliki dasar kuat dan relevan. Larangan tersebut tidak hanya berakar pada nilai moral dan agama, tetapi juga pada logika ilmiah dan sosial yang telah teruji dalam berbagai budaya dan generasi.

Dengan memahami berbagai dimensi yang melatarbelakangi tabu terhadap inses—dari genetika hingga struktur sosial—kita dapat melihat bahwa larangan ini bukan sekadar larangan moral, melainkan bentuk perlindungan terhadap integritas biologis dan sosial manusia.


Referensi:

  • Mrazek, P. B. The Nature of Incest: A Review of Contributing Factors. New York: N.p., 1981.
  • Westermarck, E. (1921). The History of Human Marriage.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top