Mengatasi Dualisme Struktur dan Aktor: Perspektif Bourdieu dan Giddens

Apakah struktur membentuk manusia, ataukah manusia membentuk struktur? Pertanyaan klasik ini telah lama menjadi perdebatan dalam ilmu sosial. Namun, dua tokoh besar—Pierre Bourdieu dan Anthony Giddens—menawarkan jalan tengah melalui pendekatan yang tidak mempertentangkan keduanya, melainkan mencari keterhubungan melalui konsep dualisasi struktur dan agensi.
Bukan Dikotomi, Tapi Dualitas
Baik Bourdieu maupun Giddens menolak pandangan yang mempertentangkan struktur dan aktor secara kaku. Mereka menekankan bahwa struktur sosial tidak memiliki eksistensi independen, melainkan hanya menjadi nyata melalui praktik atau tindakan manusia. Dalam pandangan ini, struktur diciptakan dan direproduksi oleh tindakan-tindakan sosial, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Titik Temu dan Titik Beda
Keduanya sependapat bahwa agensi—kapasitas individu untuk bertindak—selalu terkait erat dengan struktur sosial. Namun mereka berbeda dalam menilai peran kesadaran aktor.
Bourdieu cenderung skeptis terhadap refleksi sadar. Bagi Bourdieu, tindakan sosial lebih banyak digerakkan oleh habitus, yaitu sistem disposisi yang terbentuk dari pengalaman sosial sebelumnya dan bekerja di bawah kesadaran.
Giddens, melalui teori strukturasi, justru menekankan bahwa aktor bersifat refleksif. Tindakan mereka adalah hasil refleksi terus-menerus terhadap kondisi sosial yang ada.
Habitus: Mediasi Antara Struktur dan Praktik
Konsep habitus dari Bourdieu menjelaskan bagaimana pengalaman masa lalu membentuk cara berpikir, merasa, dan bertindak seseorang. Habitus bukanlah penentu mutlak, tetapi semacam kompas yang membimbing individu dalam berstrategi. Praktik sosial yang dihasilkan oleh habitus kemudian mereproduksi struktur sosial, seperti norma gender, hierarki, atau kelas.
Menariknya, praktik ini sering dilakukan tanpa disadari, karena struktur sosial telah dinaturalisasi melalui doxa, yaitu kepercayaan yang diterima begitu saja seolah-olah alamiah.
Strukturasi: Refleksivitas Agen dan Proses Rekursif
Sementara itu, Giddens memandang struktur sosial sebagai hasil dari strukturasi, yakni proses berulang di mana tindakan menciptakan struktur, dan struktur memengaruhi tindakan. Bagi Giddens, aktor bukan hanya pengikut aturan, tetapi juga pencipta aturan. Namun, mereka hanya bisa bertindak dalam konteks struktur yang telah ada—yang merupakan hasil dari tindakan kolektif di masa lalu.
Kesimpulan: Struktur dan Aktor sebagai Proses Sosial Dinamis
Bourdieu dan Giddens membawa kita pada pemahaman yang lebih dinamis tentang dunia sosial: struktur dan agensi bukanlah entitas terpisah, melainkan saling membentuk dalam sebuah siklus yang tak pernah berhenti. Perbedaan keduanya terutama terletak pada signifikansi refleksi sadar: Giddens memberi tempat penting pada niat aktor, sementara Bourdieu lebih menekankan pada kekuatan tak sadar dari habitus.
Referensi:
Sewell, W. H. (1992). A Theory of Structure: Duality, Agency, and Transformation. American Journal of Sociology, 98(1), 1–29. JSTOR Link

Dr. Dede Syarif
Dr. Dede Syarif adalah seorang akademisi dan sosiolog dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang menempuh pendidikan sosiologi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia dikenal aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi melalui berbagai kegiatan akademik, termasuk mengikuti short course di Jerman dan Australia. Selain itu, Dr. Dede merupakan pendiri komunitas kajian Perspektif Sosiologi yang berfokus pada analisis isu-isu sosial kontemporer. Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Sosiologi di tingkat S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Bandung