Konsep

Kosakata Motif (Vocabularies of Motive) dalam Memahami Perilaku Sosial

Salah satu konsep menarik dalam sosiologi untuk memahami tindakan manusia adalah “vocabularies of motive” atau kosakata motif, sebagaimana diperkenalkan oleh C. Wright Mills (1940). Konsep ini menekankan bahwa untuk memahami tindakan seseorang, kita perlu melihat motif sosial yang mereka sampaikan secara verbal melalui bahasa.

Apa itu Kosakata Motif?

Kosakata motif adalah alasan yang dapat diterima secara sosial yang diberikan individu atas tindakannya. Ini adalah rasionalisasi yang membuat tindakan mereka dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
Misalnya: “Saya lembur karena tanggung jawab,” atau “Saya menikah karena cinta.”
Alasan ini bukan sekadar refleksi dari perasaan pribadi, melainkan dibentuk oleh struktur sosial tempat individu berada.

Beda dengan Psikologi

Berbeda dari psikologi yang fokus pada emosi dan faktor internal, sosiologi lebih menekankan konteks sosial dan lingkungan budaya dalam memahami motif seseorang.
Kosakata motif bukan berasal dari dalam diri individu, melainkan dari norma sosial, nilai budaya, dan peran lembaga sosial.

Peran Bahasa dalam Motif

Bahasa menjadi media utama dalam menyampaikan motif. Kata-kata yang digunakan seseorang untuk menjelaskan tindakannya dipengaruhi oleh:

  • Norma budaya

  • Institusi sosial

  • Relasi sosial (keluarga, teman, kolega)

Artinya, bahasa itu sosial, bukan personal.

Pengaruh Konteks Sosial

Motif yang diungkapkan seseorang bisa sangat berbeda tergantung lingkungan sosialnya.

  • Di tempat kerja: muncul motif seperti “efisiensi”, “target”, atau “profesionalitas”.

  • Di keluarga: motif seperti “cinta”, “kepedulian”, atau “tanggung jawab” lebih dominan.
    Konteks menentukan kosakata motif yang dianggap valid dan diterima.

Norma dan Nilai Budaya

Setiap masyarakat memiliki nilai budaya yang menentukan motif mana yang sah dan bermakna.
Contoh:

  • Di masyarakat individualis, alasan seperti “ekspresi diri” atau “pencapaian pribadi” lebih lazim.

  • Di masyarakat komunal, motif seperti “kebersamaan” atau “harmoni sosial” lebih dijunjung tinggi.

Peran Lembaga Sosial

Lembaga seperti hukum, pendidikan, dan agama ikut menentukan kosakata motif yang dianggap sah.

  • Hukum → “Saya taat karena aturan”

  • Pendidikan → “Saya belajar demi masa depan”

  • Agama → “Saya beramal karena iman”

Lembaga memberi panduan formal dan informal terhadap bagaimana seseorang menjelaskan tindakannya.

Referensi Utama

Mills, C. W. (1940). Situated Actions and Vocabularies of Motive. American Sociological Review, 5(6), 904–913

Dr. Dede Syarif

Dr. Dede Syarif adalah akademisi dan sosiolog UIN Sunan Gunung Djati Bandung, lulusan Sosiologi UGM. Ia aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi, termasuk melalui short course di Jerman dan Australia. Pendiri Perspektif Sosiologi ini kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Sosiologi FISIP UIN Bandung.

Editor: Paelani Setia

Lulusan Sosiologi yang pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa di Unisel, Selangor, Malaysia. Aktif menulis di bidang kajian sosiologi, agama, dan religious studies. Saat ini menjabat sebagai Manajer sekaligus Co-Founder komunitas kajian Perspektif Sosiologi.

Share artikel ini yuk!
Scroll to Top