Ringkasan Teori
Bukan Cuma Manusia: Mengenal Teori Jaringan Aktor (Actor-Network Theory)
Cara Baru Melihat Fenomena Sosial Lewat Teknologi, Benda, dan Jaringan
Ketika kita bicara soal penyebab suatu fenomena sosial, apa yang pertama kali terlintas di benakmu? Manusia? Masyarakat? Atau mungkin teknologi?
Dalam tradisi klasik sosiologi, ada dua pandangan besar. Émile Durkheim menekankan pentingnya struktur sosial—hal-hal di luar individu yang membentuk cara kita bertindak. Max Weber, sebaliknya, menyoroti tindakan individu dan makna yang kita berikan dalam setiap perilaku.
Tapi… bagaimana dengan faktor selain manusia? Apakah benda-benda seperti handphone, laptop, atau bahkan kue ulang tahun bisa ikut “menentukan” peristiwa sosial?
Antara Struktur Sosial dan Teknologi
Dalam upaya menjelaskan peristiwa sosial, sosiologi sempat terjebak dalam dua kutub ekstrem:
Determinisme sosial, yang percaya bahwa struktur masyarakatlah yang menentukan segalanya.
Determinisme teknologis, yang meyakini bahwa kemajuan teknologi adalah penggerak utama perubahan sosial.
Dua pandangan ini sering kali bertentangan. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari, kita tahu bahwa manusia dan teknologi saling berinteraksi dan saling memengaruhi.
Actor-Network Theory: Jalan Tengah dari Bruno Latour
Untuk menjembatani dikotomi ini, Bruno Latour, seorang sosiolog dan filsuf Prancis, memperkenalkan teori Actor-Network Theory (ANT).
Teori ini menolak pandangan bahwa hanya manusia atau hanya teknologi yang bisa menjadi penentu. Sebaliknya, ANT memandang bahwa fenomena sosial muncul dari interaksi jaringan antara berbagai elemen—baik manusia maupun non-manusia.
Siapa Aktor dalam Teori Ini?
Dalam ANT, “aktor” atau lebih tepatnya aktan, bukan cuma manusia. Ia bisa berupa benda, teknologi, hewan, bahkan ide.
Contohnya:
Seorang pengguna Facebook (manusia)
Aplikasi Facebook (teknologi)
Smartphone yang digunakan (benda)
Jempol virtual untuk “like” (simbol digital)
Semuanya dianggap sebagai aktant yang membentuk dan menggerakkan jaringan.
Konsep Kunci dalam ANT
Ada dua istilah penting dalam teori ini:
Aktan: Setiap entitas yang punya peran dalam jaringan. Bisa manusia, bisa benda, bisa teknologi.
Assemblage: Kumpulan aktan yang membentuk suatu sistem atau objek. Misalnya, “kue ulang tahun” adalah hasil dari gula, tepung, oven, koki, dan acara ulang tahun itu sendiri.
Teori ini menekankan bahwa semua aktan punya agensi—kemampuan untuk memengaruhi atau “bertindak” dalam sistem jaringan.
Contoh 1: Facebook
Mari kita lihat Facebook. Aktivitas sosial di platform ini tak bisa dijelaskan hanya lewat interaksi manusia. Ada smartphone, aplikasi, fitur algoritma, dan sinyal internet yang semuanya ikut membentuk pengalaman pengguna.
Dalam ANT, semua elemen ini punya kedudukan yang setara sebagai penyusun realitas sosial digital.
Contoh 2: Kue Ulang Tahun
Kue ulang tahun bukan sekadar makanan. Ia adalah hasil kerja kolektif:
Bahan-bahan: telur, gula, tepung
Alat: mixer, oven
Orang: tukang roti, pembeli
Situasi: pesta, kafe, malam kejutan
Kue itu sendiri lalu menjadi aktant yang menyampaikan makna—sebagai simbol perayaan, perhatian, atau memori.
Apa Maknanya bagi Sosiolog?
Teori jaringan aktor mengajak kita untuk melihat realitas sosial secara lebih kompleks dan terbuka. Sosiolog tidak lagi cukup hanya mempelajari manusia, tapi juga harus memperhitungkan benda, teknologi, dan hubungan-hubungan yang terjalin di antara semuanya.
Dengan begitu, kita bisa memahami bahwa dunia sosial bukan hanya dibentuk oleh orang-orang, tapi juga oleh benda dan sistem yang menyertainya.
Sumber:
Latour, B. (2005). Reassembling the Social: An Introduction to Actor-Network-Theory. Oxford: Oxford University Press.

Dr. Dede Syarif
Dr. Dede Syarif adalah akademisi dan sosiolog UIN Sunan Gunung Djati Bandung, lulusan Sosiologi UGM. Ia aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi, termasuk melalui short course di Jerman dan Australia. Pendiri Perspektif Sosiologi ini kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Sosiologi FISIP UIN Bandung.

Editor: Paelani Setia
Lulusan Sosiologi yang pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa di Unisel, Selangor, Malaysia. Aktif menulis di bidang kajian sosiologi, agama, dan religious studies. Saat ini menjabat sebagai Manajer sekaligus Co-Founder komunitas kajian Perspektif Sosiologi.