PoV

Menemukan Jodoh Melalui Teori Praktik Sosial

Apakah jodoh ditentukan takdir? Atau… praktik sosial sehari-hari?

Jodoh: Ditakdirkan atau Diciptakan?

Banyak orang percaya bahwa jodoh itu sudah ditentukan sejak lama—tinggal menunggu waktu dan kesempatan untuk saling menemukan. Namun, kalau kita lihat kenyataan di lapangan, tidak sedikit orang yang bertemu jodohnya di tempat yang tidak terlalu jauh: kampus, tempat kerja, komunitas hobi, atau bahkan di lingkungan tempat tinggal.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena sebenarnya, kita tidak hanya bertemu seseorang secara kebetulan. Ada sesuatu yang lebih dalam, yang disebut praktik sosial.

Apa Itu Praktik Sosial?

Sosiolog asal Prancis, Pierre Bourdieu, menyebut bahwa “kita adalah apa yang sering kita lakukan.” Artinya, identitas kita dibentuk oleh kebiasaan, rutinitas, dan aktivitas sehari-hari. Inilah yang disebut sebagai praktik sosial.

Contoh praktik sosial itu bisa berupa:

  • Rutinitas pergi ke kampus,

  • Ngopi bareng komunitas baca buku,

  • Ikut tim futsal kantor setiap Jumat,

  • Masak bareng teman kos,

  • Nongkrong tiap malam minggu di tempat yang sama.

Semua kegiatan itu tidak sekadar aktivitas harian, tetapi ruang di mana kita membentuk diri dan bertemu orang lain.

Bertemu Jodoh Lewat Kegiatan yang Sama

Kalau kamu pernah bertanya, “kenapa banyak orang ketemu pasangannya di kampus atau tempat kerja?”, jawabannya sederhana: karena mereka berbagi praktik sosial yang sama. Mereka menghabiskan waktu di lingkungan yang sama, melakukan kegiatan yang serupa, dan terlibat dalam rutinitas yang berulang.

Praktik sosial membentuk zona sosial tempat kamu berinteraksi. Zona ini bisa mendekatkanmu dengan orang yang punya nilai, minat, bahkan tujuan hidup yang sejalan. Pada akhirnya, kita lebih mudah membangun relasi dengan orang yang nyambung dalam praktik hidup, bukan hanya sekadar cocok secara teori.

Siapa yang Kamu Temui, Ditentukan oleh Apa yang Kamu Lakukan

Praktik sosial tidak hanya membentuk siapa diri kita, tapi juga siapa yang hadir dalam hidup kita. Aktivitas yang kamu pilih akan mengarahkanmu ke lingkungan sosial tertentu—dan ini secara tidak langsung menyaring siapa yang mungkin jadi teman dekat, rekan kerja, bahkan pasangan hidup.

Jadi, bisa saja jodohmu bukan seseorang yang “ditakdirkan dari langit”, tetapi seseorang yang berjalan bersamamu dalam aktivitas sehari-hari, yang memiliki kebiasaan yang sejalan, dan yang secara tidak sadar, telah terhubung denganmu melalui praktik yang kalian jalani bersama.

Masih Jomblo? Coba Tengok Sekelilingmu

Kalau kamu masih sendiri, mungkin bukan karena jodohmu belum datang, tapi karena kamu belum menyadari keberadaannya. Bisa jadi dia:

  • Teman komunitas yang selalu satu tim denganmu,

  • Orang yang rajin bantu kamu saat kerja kelompok,

  • Partner diskusi yang selalu ada setiap kajian Jumat malam.

Dengan kata lain, jodohmu bisa jadi sudah ada di sekitarmu, berbagi praktik sosial yang sama—hanya saja kamu belum memaknainya lebih dari sekadar “teman”.

Penutup

Menemukan teman hidup bukan semata soal takdir atau keberuntungan, tapi juga hasil dari apa yang kamu lakukan setiap hari. Jadi, jika ingin memperluas peluang bertemu jodoh, ubah atau perluas praktik sosialmu: ikut komunitas baru, terlibat dalam kegiatan sosial, atau cukup hadir lebih aktif di lingkaranmu saat ini.

Karena seperti kata Bourdieu, “we are what we do repeatedly.” Dan bisa jadi, jodohmu adalah seseorang yang juga melakukan hal yang sama, di tempat yang sama, dengan kamu—tanpa kamu sadari.

Referensi
Bourdieu, Pierre (1977). Outline of a Theory of Practice. Cambridge: Cambridge University Press.

Penulis: Dr. Dede Syarif

Dr. Dede Syarif adalah akademisi dan sosiolog UIN Sunan Gunung Djati Bandung, lulusan Sosiologi UGM. Ia aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi, termasuk melalui short course di Jerman dan Australia. Pendiri Perspektif Sosiologi ini kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Sosiologi FISIP UIN Bandung.

Editor: Paelani Setia

Lulusan Sosiologi yang pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa di Unisel, Selangor, Malaysia. Aktif menulis di bidang kajian sosiologi, agama, dan religious studies. Saat ini menjabat sebagai Manajer sekaligus Co-Founder komunitas kajian Perspektif Sosiologi.

Share artikel ini yuk!
Scroll to Top