Konsep
Konsep Modal dalam Sosiologi

Modal Tidak Hanya Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menganggap bahwa satu-satunya modal yang menentukan kesejahteraan seseorang adalah modal ekonomi—seperti uang, aset, atau pendapatan. Namun dalam kajian sosiologi, pandangan ini dianggap terlalu sempit. Tidak semua keberhasilan atau mobilitas sosial seseorang ditentukan oleh kekayaan. Ada bentuk-bentuk modal lain yang tidak kalah penting dan sering kali menentukan keberhasilan sosial seseorang secara lebih subtil, yaitu modal sosial dan modal budaya.
Bourdieu dan Tiga Bentuk Modal
Sosiolog Prancis Pierre Bourdieu memperkenalkan konsep bahwa modal tidak hanya terbatas pada ekonomi. Ia membagi modal menjadi tiga bentuk utama: modal ekonomi, modal sosial, dan modal budaya. Modal sosial menurut Bourdieu adalah “agregat sumber daya aktual atau potensial yang terkait dengan kepemilikan jaringan hubungan yang langgeng, yang terlembagakan, terjalin melalui saling kenal dan saling mengakui” (Bourdieu, 1983). Artinya, siapa yang kita kenal dan seberapa kuat jaringan sosial kita bisa menjadi sumber daya yang sangat berharga. Yang menarik, modal sosial ini dapat dikonversi menjadi modal ekonomi (misalnya mendapatkan peluang kerja karena kenalan), atau menjadi modal budaya (misalnya pengakuan status melalui koneksi dengan institusi budaya atau pendidikan).
Modal Sosial menurut Putnam
Konsep modal sosial juga dikembangkan oleh Robert Putnam yang mendefinisikannya sebagai “koneksi antar individu – jaringan sosial dan norma-norma timbal balik serta kepercayaan yang muncul darinya” (Putnam, 2000). Putnam menekankan bahwa modal sosial bukan hanya dimiliki individu, tetapi juga masyarakat secara kolektif. Ketika kepercayaan, gotong royong, dan interaksi sosial meningkat dalam sebuah komunitas, maka kapasitas sosial masyarakat tersebut untuk bekerja sama dan berkembang juga meningkat.
Mengapa Modal Sosial Penting?
Meskipun tidak terlihat secara kasat mata seperti uang atau properti, modal sosial memiliki nilai praktis dan strategis yang besar. Ia menjadi penghubung dalam banyak hal: mendapatkan informasi, peluang pekerjaan, keamanan sosial, bahkan kepercayaan antarwarga. Dalam masyarakat yang saling percaya dan aktif secara sosial, modal sosial akan berlimpah. Namun dalam masyarakat yang individualistik dan penuh kecurigaan, modal sosial bisa sangat rendah. Oleh karena itu, semakin sering kita berinteraksi secara positif dengan sesama, semakin besar pula modal sosial yang kita kumpulkan dan manfaatkan dalam kehidupan sosial.

Dr. Dede Syarif
Dr. Dede Syarif adalah akademisi dan sosiolog UIN Sunan Gunung Djati Bandung, lulusan Sosiologi UGM. Ia aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi, termasuk melalui short course di Jerman dan Australia. Pendiri Perspektif Sosiologi ini kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Sosiologi FISIP UIN Bandung.

Editor: Paelani Setia
Lulusan Sosiologi yang pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa di Unisel, Selangor, Malaysia. Aktif menulis di bidang kajian sosiologi, agama, dan religious studies. Saat ini menjabat sebagai Manajer sekaligus Co-Founder komunitas kajian Perspektif Sosiologi.