Kamu Belum Paham Sosiologi Agama Kalau Belum Baca Buku Ini

Salah satu bacaan wajib dalam sosiologi agama adalah karya monumental Émile Durkheim berjudul The Elementary Forms of Religious Life. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1912 dan dianggap sebagai fondasi penting dalam memahami hubungan antara agama dan masyarakat. Berdasarkan studi terhadap kehidupan suku Aborigin di Australia, Durkheim merumuskan teori-teori awal tentang asal-usul agama dan perannya dalam membentuk kohesi sosial.
Enam Topik Pokok dalam Buku
Buku ini dibagi ke dalam enam pembahasan utama:
- Durkheim’s Two Problems
- Defining Religion
- The Most Primitive Religion: Animism, Naturism, Totemism
- Totemic Beliefs: Their Nature, Causes, and Consequences
- Totemic Rites: Their Nature and Causes
- The Social Origins of Religion and Science
Melalui enam tema ini, Durkheim membangun argumen bahwa agama adalah produk kehidupan sosial, bukan sekadar pengalaman individual atau metafisik.
Agama sebagai Fenomena Sosial
Durkheim berpendapat bahwa agama lahir dari kehidupan komunal. Ia bukan sekadar keyakinan personal, melainkan hasil dari kesadaran kolektif yang memberi makna bersama bagi individu dalam suatu kelompok. Dalam konteks ini, agama menjadi alat bagi individu untuk merasakan keamanan emosional, solidaritas, dan identitas sosial.
Totemisme sebagai Dasar Struktur Agama
Studi Durkheim terhadap masyarakat Aborigin menunjukkan bahwa totemisme—kepercayaan terhadap hewan atau benda sebagai simbol suci klan—adalah bentuk agama paling sederhana dan mendasar. Totem bukan sekadar simbol hewan, tetapi representasi dari kelompok sosial itu sendiri. Dengan kata lain, menyembah totem berarti menyembah komunitas dan ikatan sosial yang ada di baliknya.
Sakral vs Profan: Inti dari Semua Agama
Salah satu gagasan paling terkenal dari Durkheim adalah pemisahan antara yang sakral dan profan. Sakral merujuk pada hal-hal yang dianggap suci, dihormati, dan memiliki kekuatan kolektif, sementara profan adalah yang biasa, sehari-hari, dan duniawi. Menurutnya, semua sistem keagamaan dibangun di atas perbedaan ini.
Fungsi Sosial Agama
Durkheim menegaskan bahwa agama memainkan peran penting dalam menjaga kohesi sosial. Ia menyatukan individu dalam ritual, norma, dan nilai yang sama, serta menciptakan rasa memiliki dan tujuan bersama. Agama bukan hanya ekspresi iman, tetapi institusi sosial yang menjaga keteraturan dan harmoni masyarakat.
Evolusi Agama: Dari Primitif ke Kompleks
Durkheim menilai bahwa agama-agama primitif seperti totemisme tidak bisa diremehkan. Justru dari struktur dasar inilah kita bisa memahami esensi dari agama-agama besar dunia. Menelusuri asal-usul ini memungkinkan kita melihat bagaimana sistem keagamaan berkembang, bertransformasi, dan tetap relevan dalam kehidupan sosial manusia.

Dr. Dede Syarif
Dr. Dede Syarif adalah seorang akademisi dan sosiolog dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang menempuh pendidikan sosiologi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia dikenal aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi melalui berbagai kegiatan akademik, termasuk mengikuti short course di Jerman dan Australia. Selain itu, Dr. Dede merupakan pendiri komunitas kajian Perspektif Sosiologi yang berfokus pada analisis isu-isu sosial kontemporer. Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Sosiologi di tingkat S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Bandung