Ringkasan Teori

Kecewa Saja Tak Cukup: Gerakan Sosial Butuh Sumber Daya

Frustrasi Masyarakat: Apakah Cukup?

Kekecewaan dan rasa frustrasi masyarakat terhadap kondisi sosial-politik memang bisa menjadi pemicu lahirnya gerakan sosial. Teori relative deprivation menjelaskan bahwa gerakan sosial muncul karena adanya perasaan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Namun, faktanya, rasa frustrasi semata tidak otomatis mendorong orang turun ke jalan. Banyak orang kecewa, tetapi tidak semua terlibat dalam aksi kolektif.


Kebutuhan Akan Dana dan Sumber Daya

Di titik inilah muncul teori Resource Mobilization yang dikembangkan oleh McCarthy dan Zald (1977). Teori ini merevisi pandangan relative deprivation dengan menekankan bahwa sebuah gerakan sosial tidak cukup digerakkan oleh rasa kecewa atau frustrasi. Agar bisa terwujud, gerakan membutuhkan sumber daya: mulai dari dana, waktu, tenaga, hingga keterampilan organisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya modal yang jelas, kekecewaan massa akan berhenti hanya sebagai keluhan, bukan menjadi gerakan nyata.


Lebih dari Sekadar Uang

Sumber daya dalam gerakan sosial tidak terbatas pada uang. Ia juga mencakup jaringan sosial, infrastruktur, akses media, hingga figur pemimpin yang mampu mengorganisir massa. Media sering menyebut pihak-pihak yang menyediakan dukungan material dan logistik sebagai “penyandang dana” atau bohir. Dukungan inilah yang membuat sebuah gerakan sosial mampu bertahan, mengorganisir massa, dan memberi dampak politik yang nyata.


Kesimpulan

Dengan demikian, teori Resource Mobilization mengajarkan bahwa gerakan sosial bukan hanya lahir dari rasa frustrasi masyarakat, tetapi juga dari kemampuan untuk mengelola dan memobilisasi sumber daya yang tersedia. Kombinasi antara kekecewaan dan dukungan sumber daya inilah yang membuat sebuah gerakan sosial benar-benar bisa berjalan dan memberi dampak.

Rujukan: McCarthy & Zald (1977). “Resource Mobilization and Social Movements: A Partial Theory”. American Journal of Sociology, 82(6): 1212–1241.

Dr. Dede Syarif

Dr. Dede Syarif adalah akademisi dan sosiolog UIN Sunan Gunung Djati Bandung, lulusan Sosiologi UGM. Ia aktif dalam pengembangan ilmu sosiologi, termasuk melalui short course di Jerman dan Australia. Pendiri Perspektif Sosiologi ini kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Sosiologi FISIP UIN Bandung.

Editor: Paelani Setia

Lulusan Sosiologi yang pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa di Unisel, Selangor, Malaysia. Aktif menulis di bidang kajian sosiologi, agama, dan religious studies. Saat ini menjabat sebagai Manajer sekaligus Co-Founder komunitas kajian Perspektif Sosiologi.

Share artikel ini yuk!
Scroll to Top