Book Review

Book Review

Circle Itu Penting: Jaringan Pertemanan dan Kesuksesan Mahasiswa di Kampus

Apa yang sebenarnya menentukan keberhasilan seseorang selama kuliah? Apakah rajin belajar, jadi kutu buku, punya dosen pembimbing yang perhatian, atau mungkin dukungan orang tua? Bisa jadi semua itu penting. Tapi, sebuah riset sosiologis menarik menunjukkan ada satu faktor lain yang sering diabaikan, padahal sangat menentukan kesuksesan akademik dan sosial mahasiswa: jaringan pertemanan. Hal inilah yang diungkapkan oleh Janice M. McCabe dalam bukunya Connecting in College: How Friendship Networks Matter for Academic and Social Success. Buku ini bertujuan mengeksplorasi jenis-jenis pertemanan yang terbentuk di kalangan mahasiswa, siapa yang cenderung membentuk jenis tertentu, serta bagaimana relasi sosial tersebut berdampak pada pencapaian akademik dan kehidupan sosial—bahkan setelah lulus kuliah. McCabe menggarisbawahi bahwa selain kebiasaan belajar yang baik, dukungan keluarga, dan keterlibatan dosen, keberhasilan akademik juga sangat dipengaruhi oleh dengan siapa mahasiswa bergaul. Melalui survei mendalam dan wawancara dengan berbagai mahasiswa dari latar belakang berbeda, McCabe menemukan bahwa pertemanan di perguruan tinggi memainkan peran yang jauh lebih penting daripada yang selama ini kita duga. Setiap mahasiswa memiliki dinamika jaringan sosial yang berbeda. Ada yang memiliki satu circle yang solid, ada yang nyaman berpindah di antara beberapa kelompok, dan ada pula yang aktif menjalin pertemanan baru setiap harinya. Beberapa mahasiswa memilih memisahkan urusan sosial dan akademik mereka, sementara yang lain justru sangat bergantung pada lingkaran pertemanan untuk mendukung performa akademik—seperti saling berbagi catatan, belajar bareng, atau sekadar menyemangati di tengah tekanan kuliah. McCabe juga menunjukkan bahwa pola pertemanan ini tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh faktor sosial yang lebih luas, seperti kelas sosial dan ras. Lebih jauh lagi, ia menelusuri bagaimana jaringan pertemanan di masa kuliah membentuk masa dewasa awal, baik dalam hal karier maupun kesejahteraan emosional. Temuan ini kemudian ia tuangkan dalam bentuk rekomendasi praktis untuk meningkatkan pengalaman mahasiswa dan menjamin kesuksesan yang lebih merata di lingkungan kampus. Kesimpulannya, mahasiswa yang memiliki jaringan pertemanan yang suportif—bukan hanya ramai, tapi juga saling mendukung secara akademik dan emosional—cenderung memiliki capaian akademik yang lebih baik dan kesiapan sosial yang lebih kuat ketika memasuki dunia pascakampus. Jadi, circle bukan sekadar tempat nongkrong atau berbagi cerita. Ia bisa jadi fondasi penting untuk sukses di dunia akademik dan kehidupan setelahnya. Bagaimana dengan circle kamu? Sudah cukup mendukung belum?

Book Review

Pengangguran Bukan Cuma Salahmu: Membaca “Sociology of Unemployment”

Lo pernah ngerasa nggak berguna karena nganggur? Ngerasa gagal, harga diri jatuh, bahkan mulai nyalahin diri sendiri? Lo gak sendirian. Tapi yang sering nggak disadari, pengangguran itu bukan semata-mata persoalan pribadi. Ini bukan cuma soal lo malas, gak cukup usaha, atau kurang pintar. Pengangguran adalah masalah sosial—dan inilah yang jadi sorotan utama dalam buku Sociology of Unemployment karya Tom Boland dan Ray Griffin. Dari Masalah Pribadi ke Isu Publik Dalam buku ini, Boland dan Griffin ngajak kita pindah sudut pandang: dari menganggap pengangguran sebagai masalah individu (atau dalam istilah C. Wright Mills: personal trouble), menjadi bagian dari masalah publik (public issue). Mereka menolak pendekatan individualistik seperti teori deprivasi yang menyalahkan individu atas keadaannya. Sebaliknya, mereka melihat bahwa pengangguran adalah produk dari struktur sosial—hasil dari kebijakan ekonomi, peran negara kesejahteraan, dan cara masyarakat memaknai kerja. Mengkritik Teori Deprivasi Salah satu hal pertama yang dikritik adalah teori deprivasi, yang menyederhanakan pengangguran sebagai “hilangnya pekerjaan”. Teori ini cenderung menganggap bahwa orang nganggur karena mereka gagal memenuhi norma atau standar kerja. Tapi menurut Boland, ini keliru. Pengangguran gak bisa dilepaskan dari sistem yang lebih luas—dari kebijakan pemerintah, tekanan ekonomi global, sampai peran media dalam membingkai siapa yang “layak kerja” dan siapa yang tidak. Peran Negara dan Kebijakan Kesejahteraan Buku ini secara tajam menyoroti bagaimana negara dan lembaga-lembaganya justru membentuk pengalaman pengangguran. Prosedur lamaran kerja, syarat pencarian kerja aktif, dan bahkan statistik pengangguran—semuanya bukan netral. Semua itu adalah bentuk kontrol dan birokratisasi terhadap orang yang gak punya kerja. Sistem welfare state kadang justru melanggengkan stigma dan tekanan, bukan mendorong pemberdayaan. Metodologi dan Pendekatan yang Beragam Boland dan Griffin nggak cuma ngasih teori, mereka juga menyajikan pendekatan metodologis yang kaya: mulai dari riset kualitatif, autoetnografi, sampai analisis media. Lewat pendekatan ini, mereka bisa menangkap pengalaman nyata orang-orang yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi—bukan cuma angka atau kurva di grafik. Konteks Sosial dan Budaya: Lebih dari Sekadar Statistik Buku ini juga menggali bagaimana pengangguran dialami secara berbeda di tempat yang berbeda. Pengalaman orang yang nganggur di desa tentu beda dengan yang di kota. Belum lagi kalau kita bicara soal kelas sosial, usia, jenis kelamin, dan jaringan sosial. Semua itu membentuk makna dan beban pengangguran. Nggak heran, buku ini juga mengangkat soal stigma, rasa malu, dan tekanan sosial sebagai bagian dari realitas pengangguran. Sumbangan Perspektif Kritis Pada akhirnya, Sociology of Unemployment bukan hanya menjelaskan fenomena pengangguran, tapi juga mengajak pembaca berpikir ulang soal bagaimana masyarakat memandang dan memperlakukan orang yang kehilangan kerja. Buku ini menyodorkan kritik tajam terhadap kebijakan yang tidak berpihak, sekaligus membangun pemahaman yang lebih empatik dan struktural atas fenomena yang kompleks ini. Kesimpulan Kalau selama ini lo menganggap pengangguran adalah kegagalan pribadi, buku ini bisa membuka mata bahwa pengangguran adalah produk dari sistem sosial yang lebih luas. Sociology of Unemployment menyajikan perspektif sosiologis yang kritis dan menyegarkan, serta penting buat siapa pun yang ingin memahami—atau mengalami—realitas pengangguran di era sekarang.

Scroll to Top